LINTAS, IAIN Ambon – Sistem
demokrasi Indonesia saat ini, telah
menggelapkan kekhasan
bangsa ini. Menghilangkan budaya musyawarah, kekeluargaan yang akan membawa kasih sayang dalam suatu
kelompok guna melakukan gotong royong. Demokrasi hanya bisa menyelesaikan suatu
masalah dengan bentrokan, dikarenakan persaingan kekuatan untuk mendapatkan
kekusaan penguasa. Maka bangsa ini harus kembali ke harta karunnya yaitu Pancasila.
Hal
itu di sampaikan Slamet Soebijanto saat memberikan materi dalam seminar kabangsaan
“Pancasila Berdaulat,
Bangsa Selamat”, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), di
Aulah IAIN Ambon. Rabu ( 20/2 ). Soebijanto mengatakan, pancasila merupakan tuntunan
ilahi yang tertuang dalam kitab suci setiap agama, dalam meraih kebenaran
dan kebaikan hidup berbangsa dan bernegara.
“Pancasila membentuk sistem kepemimpinan,
yang dijalankan pemimpin bangsa yang mengutamakan kepentingan umum, bukan kelompok partai
politik.” Kata Soebijanto
Menurutnya, demokrasi lahir dari bangsa asing dan dimanfaatkan
demi memenuhi hasrat kekuasaan,
para penguasa yang saling bersaing,
dengan menghalalkan berbagai cara, tanpa
mempedulikan mempenderiataan
rakyatnya. Maka sistim demokrasi merupakan sistim gaya adu domba memecah bela. Indonesia, kata Sobijanto,
harus kembali berpegang pada pancasila,
yang pernah diterapakan para pemimpin bangsa
sebelum era reformasi, sesuai
dengan kehidupan masyarakat Indonesia, yang menghargai
berbagai keaneka ragam perbedaan.
“Saya
pernah bertanya kepada para pemuka agama, Islam,
Kristen, Budha, Hindu.
Apakah dalam ajaran
agama yang dianut, ada yang memeritahkan hidup berdemokrasi,
mereka mengatakan tidak. Jawabanya hanya satu musyawarah,
sesuai dengan butir pancasila,” ujarnya.
Dilain sisi ia mengakui, pemuda
yang merupakan penerus bangsa ini, mengalami kegelapan dalam memaknai pancasila. Menyelesaikan sautu masalah
dengan bentrok, dikarenakan kurangnya pemahaman
pancasila. Selain itu, kurangnya penerapan kurikulum pendidikan
tentang pancasila, pada sekolah maupun perguruan
tinggi, menjadi penyebabnya hilangnya makna pancasila,
pada pemuda masa kini.
Dikesempatan
yang sama, Abidin wakano,
menuturkan, begitu banyak
persoalan kehidupan ke bangsaan muncul, dikarenakan masyarakat Indonesia, lari dari nilai-nilai
dasar pancasila. “bahaya
besar bagi bangsa. Nilai-nilai pancasila hampir tidak didapatkan,
dalam pratek kehidupan berbangsa
dan bernegara.” Kata Wakano
Dihadapan para siswa SMA dan para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi
di kota Ambon, ia berharap mereka mampu menjujung
tinggi niali-nilai pancasila,
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. n hariono, fahrul.
Dialog Kebangsaan
LINTAS, IAIN Ambon – Badan Eksekutif Mahasiswa dan Majelis Kebangsaan
Pancasila Jiwa Nusantara menggelar seminar kebangsaan
“Pancasila Berdaulat Bangsa Selamat”, di Aulah IAIN Ambon.
Rabu ( 20 / 2 ).
Sebagai
pemateri dalam seminar ini, Slamet Soebijanto dan Dr Abidin
Wakano. Bertindak sebagai moderator, Hanafi Holle. Hadir pula, Rektor IAIN Ambon, Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan.
Kegiatan tersebut diikuti puluhan mahasiswa dari beberapa
perguruan tinggi di Ambon,
tak ketinggalan, siswa siswi SMA
Swalima, SMA 11 Ambon serta SMK Muhamadiyah Ambon.
Menananmkan Nilai-nilai
Pancasila
Seminar kebangsaan yang digelar, (20/2), begitu membekas dan tertanam dalam
benak para pesertanya. Terutama mereka yang baru duduk di bangku sekolah
menengah atas. Hal tersebut di rasakan Tsany M.A Daud Putuhena dari
SMA 11 dan Lidia Rubianto SMA Swalima Ambon.
Tsany
Putuhena mengatakan kegitan seminar kebangsaan
ini, sanggat membuka wawasannya untuk
mengetahui pancasila dan darimana demokrasi itu berasal, itu
membuatnya lebih
memahami arti pancasila.
Sedangkan Lidia. Ia mengaku,
seminar ke bangsaan itu,
mendapatkan hal baru, bahwa pancasila lebih baik dari kehidupan demokrasi,
yang didasari pada nilai untung rugi, sedangkan pancasila lahir dari kitab
kitab sucu illahi. “Saya senang dengan kegiatan
ini” katanya
saat di wawancarai usai seminar. (Hariono.)