Minggu, 29 September 2013

PENGEMBANGAN MINAT BACA



A. Pendahuluan
Minat baca merupakan aktor utama dalam meningkatkan kualitas masyarakat dalam segi pendidikan. Indikator  yang paling mudah untuk mengetahui tingginya minat baca adalah jumlah buku-buku baru yang diterbitkan oleh peroduen-produsen buku dan jumlah perpustakaan yang tersedia. Di Indonesia,minat baca cenderung terbatas hanya membaca Koran dan surat kabar, sedangkan minat baca yang dimaksud tentunya juga membaca buku yang memuat pengetahuan yang menyebabkan masyarakat suatu negeri memiliki penduduk yang cerdas mampu bersaing setaraf dengan masyarakat negeri lain di bidang apa saja di dunia internasional.
Kita ketahui bersama bahwa minat baca masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, padahal telah banyak usaha yang dilakukan untuk â??mengatrolâ? minat baca masyarakat. Sehingga ada kolerasi antara faktor kemampuan membaca dengan minat baca. Seseorang tidak akan bisa membaca, apalagi memiliki budaya baca apabila tidak bisa membaca atau buta aksara. Apabila seseorang sudah bisa membaca, seharusnya ia memiliki kebiasaan membaca. Akan tetapi di Indonesia kemampuan membaca seseorang bukan jaminan orang tersebut suka membaca. Hal ini disebabkan karena membaca belum membudaya. Lalu usaha seperti yang perlu dilakukan untuk menigkatkan minat baca masyarakat? Sangat disayangkan apabila kemampuan membaca masyarakat tidak diikuti oleh kebiasaan membaca karena membaca merupakan kegiatan multi manfaat.
 B. Permaslahan
  1. Bagaimana cara meningkatkan minat baca di dalam masyarakat?
  2. Kontribusi Perpustakaan seperti apa yang mampu meningkatkan minat baca bagi masyarakat?
  3. Cara bagaimana yang dapat ditempuh untuk mencapai perpustakaan yang memiliki daya tarik dalam masyarakat?
 C. Tujuan
  1. Mengetahui cara untuk meningkatkan minat baca dalam masyarakat..
  2. Mengetahui gambaran umum tentang kontribusi perpustakaan yang mampu meningkatkan minat baca bagi masyarakat.
  3. Mengetahui cara bagaimana perpustakaan mampu menciptakan daya tarik bagi masyarakat.
D. Landasan Teori
Di era otonomi ini, maju atau mundurnya perpustakaan berada pada otoritas pemerintah daerah.  Masalah pendanaan perpustakaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Apabila pemerintah daerah setempat memiliki apresiasi tinggi terhadap perkembangan perpustakaan, maka pemerintah daerah bersangkutan akan mengalokasikan dana yang memadai bagi perpustakaan. Dan sebaliknya, apabila pemerintah daerah tidak memiliki apresiasi terhadap perpustakaan daerah maka perpustakaan akan berada pada kondisi â?? mati segan hiduppun engganâ?.
Untuk itu agar pengembangan perpustakaan tidak tergantung pada pemerintah daerah, maka pengelola perpustakaan dapat mengoptimalkan eksistensi masyarakat dalam pembangunan perpustakaan di daerah. Masyarakat dapat didorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan perpustakaan. Dengan adanya partisipasi masyarakat ini akan meringankan beban pembiayaan yang ditanggung pemerintah daerah.
Keterbatasan anggaran juga menyebabkan perpustakaan tidak mampu melengkapi sarana layanan serta â??belanjaâ? pegawai profesional dibidang perpustakaan. Sarana layanan yang tidak memadai menyebabkan perpustakaan tidak confortable sehingga menimbulkan keengganan masyarakat untuk mengakses perpustakaan. Sedangkan tenaga profesional dibidang perpustakaan sangat diperlukan untuk mendasain perpustakaan sebagai sarana belajar ideal bagi masyarakat.
E. Pembahasan
Untuk mewujudkan bangsa berbudaya baca, maka bangsa ini perlu melakukan pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa atau menjadi orang tua. Dengan kata lain, apabila sejak kecil seseorang terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga dewasa.
Keluarga menjadi faktor dominan dalam pembentukan karakter serta kebiasaan seseorang. Keluarga menjadi media yang efektif untuk menumbuhkan suatu kebiasaan. Sehingga apabila dalam sebuah keluarga memiliki kebiasaan membaca, maka secara tidak langsung seluruh anggota keluarga dalam keluarga tersebut gemar membaca. Dengan kata lain, keluarga dapat dijadikan sebagai sarana pembinaan minat baca masyarakat. Dari kebiasaan membaca di tingkat keluarga inilah, kemudian berkembang menuju budaya baca masyarakat.
Orang tua perlu menstimulus minat baca anak dengan menyediakan buku-buku atau bahan baca lainnya yang mampu menggugah minat anak untuk membaca. Selanjutnya orang tua perlu memberikan tauladan dengan cara aktif membaca dan meluangkan waktu khusus untuk membaca setiap harinya. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tuanya yang dianggap mereka sebagai figur. Dengan pemberian keteladanan ini anak akan lebih termotivasi untuk membaca. Selain itu di keluarga juga perlu ditetapkan waktu khusus untuk membaca setiap harinya sehingga anggota keluarga memiliki jadwal membaca yang teratur setiap harinya.
Selain peran keluarga, peran instansi pendidikan sangat vital dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Sekolah menjadi institusi kedua dalam proses pembinaan minat baca setelah keluarga. Sekolah dapat mendukung proses pembinaan minat baca yang dilakukan keluarga selama ini. Melalui fungsi edukasi yang melekat pada sekolah serta perpustakaan yang dimiliki, sekolah dapat melakukan program pembinaan minat baca. Sayangnya, saat ini sekolah belum mampu optimal dalam melakukan pembinaan minat baca. Hal ini disebabkan kerena kurikulum yang kurang berpihak terhadap pembinaan minat baca serta kondisi perpustakaan sekolah yang memperihatinkan.
Kondisi Perpustakaan sekolah yang belum maksimal memerankan fungsinya sebagai media pembinaan minat baca. Perpustakaan tidak mampu melakukan pembinaan minat baca secara maksimal karena keterbatasan koleksi, sarana, SDM dan banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Sarana layanan perpustakaan perlu terus dilengkapi, kualitas koleksi perlu ditingkatkan serta menyediakan pengelola yang bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan perpustakaan. saat ini banyak sekolah yang memanfaatkan guru sebagai tenaga pengelola perpustakaan, sehingga apabila guru bersangkutan mengajar maka perpustakaan tutup. Dengan memperbaiki kondisi perpustakaan sekolah maka akan meningkatkan daya tarik perpustakaan sehingga peserta didik akan meningkatkan frekwensi kunjungannya ke perpustakaan.
Kontribusi Perpustakaan
Usaha pembinaan minat baca yang telah dilakukan keluarga dan sekolah perlu didukung oleh eksistensi perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan institunsi pembinaan minat baca bagi seluruh masyarakat tanpa membedakan status. Tua, muda, miskin atau kaya dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan sarana bacanya. Perpustakaan umum berperan sebagai institusi penyedia saran baca bagi masyarakat. Minat baca tidak akan pernah terwujud tanpa ketersediaan sarana baca.
Perpustakaan umum perlu terus berbenah guna mendukung upaya pembinaan minat baca. Pembenahan ini mencakup perbaikan kualitas koleksi, sarana layanan serta SDM perpustakaan. Kualitas koleksi perpustakaan baik dari segi kuantitas maupun kemuktahiran perlu terus ditingkatkan. Sarana perpustakaan juga perlu dilengkapi sehingga meningkatkan rasa nyaman pengguna perpustakaan ketika mengakses perpustakaan. Sedangkan peningkatan kualitas SDM diperlukan agar perpustakaan dikelola oleh individu yang profesional dibidangnya sehingga mampu berkreatifitas dalam pengembangan perpustakaan dan pembinaan minat baca masyarakat.
Eksistensi sebuah perpustakaan terletak pada pengguna perpustakaan dalam hal ini masyarakat umum. Atau mungkin resiko terburuk adalah pengguna akan meninggalkan perpustakaan dan menggunakan media lain untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Indikasi ini sudah terlihat dari menjamurnya warung internet yang tak pernah sepi dengan pengunjung dan ini bertolak belakang belakang dengan minat kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Kondisi di mana hubungan antara perpustakaan dan masyarakat berjalan kurang harmonis sehingga dapat berpengaruh terhadap motivasi masyarakat mengakses perpustakaa tentu sangat ironis.
Salah satu solusi yang dapat diambil untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menerapkan prinsip hubungan masyarakat baik dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan. Hubungan masyarakat (humas) merupakan fungsi manajemen untuk mengevaluasi opini publik, dari kebijakan yang diterapkan oleh perpustakaan dengan tujuan agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar bermanfaat bagi publik perpustakaan sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan saling mendukung di antara keduanya. Di mana kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dan terencana. Publik dalam definisi di atas adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perpustakaan. Pihak yang berkepentingan terhadap perpustakaan atau yang dikenal dengan istilah publik dibedakan menjadi dua, yaitu internal publik (karyawan perpustakaan, lembaga induk yang menaungi perpustakaan) dan eksternal publik (pengguna perpustakaan, penerbit). Dukungan dari publik diperlukan untuk menentukan kelangsungan dan kedudukan perpustakaan.
Dari definisi hubungan masyarakat di atas dapat diketahui fungsi humas dalam sebuah organisasi. Fungsi humas dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh tujuan organisasi dan jenis organisasi. Dengan demikian maka fungsi humas yang diterapkan dalam suatu lembaga dengan lembaga lain akan berbeda. Fungsi humas dalam perpustakaan, tentunya akan berbeda dengan fungsi humas yang ada dalam lembaga atau organisasi lain. Berikut ini adalah fungsi humas yang ada dalam perpustakaan:
  1. Sebagai wahana komunikasi antara perpustakaan dengan publik. Wahana komunikasi ini diperlukan untuk membina sikap saling pengertian antara perpustakaan dan publik sehingga timbul dukungan publik terhadap perpustakaan. Dukungan masyarakat ini timbul karena proses komunikasi yang terjadi dalam wahana komunikasi yang telah tercipta. Komunikasi di sini terdiri dari komunikasi internatl (pengelola perpustakaan dan pimpinan lembaga) dan komunikasi eksternal (publik atau pihak luar diluar pengelola perpustakaan).
  2. Sebagai alat evaluasi seluruh kegiatan perpustakaan berdasarkan masukan dari masyarakat. Fungsi ini digunakan oleh perpustakaan sebagai alat evaluasi seluruh kebijakan dan program kerja perpustakaan berdasarkan opini publik sehingga kebijakan dan program kerja perpustakaan benar-benar bermanfaat bagi pengguna perpustakaan.
  3. Sebagai alat untuk mempengaruhi masyarakat pengguna perpustakaan. Fungsi ini digunakan untuk membangun citra positif perpustakaan di mata pengguna perpustakaan atau masyarakat serta untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke perpustakaan
  4. Sebagai alat bagi perpustakaan untuk melakukan publikasi mengenai perpustakaan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perpustakaan. Misalnya publikasi mengenai layanan yang disediakan serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengakses layanan tersebut.
F. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Jika dalam sebuah perpustakaan terdapat bagian tersendiri yang mengurusi kegiatan hubungan masyarakat maka pengelolaan kegiatan hubungan masyarakat menjadi tanggung jawab bagian ini beserta dukungan pelayanan yang baik dari seluruh staf perpustakaan. Akan tetapi jika perpustakaan tidak memiliki bagian tersendiri yang mengurusi kegiatan hubungan masyarakat maka perlu ditunjuk salah seorang staf perpustakaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan hubungan masyarakat dengan didukung oleh seluruh staf perpustakaan. Dukungan seluruh staf perpustakaan dalam kegiatan hubungan masyarakat dilakukan dengan cara memberikan pelayanan yang ramah dan memuaskan mulai dari pintu masuk perpustakaan sampai dengan jasa tersedia untuk digunakan oleh pengguna atau masyarakat.
Hubungan yang baik antara perpustakaan dengan pengguna atau masyarakat disertai dengan peningkatan kualitas layanan maka masyarakat yang sebelumnya enggan datang ke perpustakaan, akan datang ke perpustakaan dan bagi mereka yang telah memanfaatkan jasa perpustakaan akan lebih aktif memanfaatkan jasa dan fasilitas yang disediakan perpustakaan. Selain itu dengan hubungan yang baik antara perpustakaan dengan masyarakat akan memotivasi masyarakat untuk membantu dalam pengamanan, pemeliharaan dan bahkan pendanaan perpustakaan.
Saran
  1. Minat baca sejak dini merupukan kegiatan yang sangat positif dan akan mampu menjadikan membaca sebagai kebudayaan, sehingga sebaiknya pemerintah memperhatikan hal ini dan mampu mengeluarkan kebijakan yang mendorong hal ini dapat tercapai.
  2. Peran serta masyarakat dalam mengembangkan perpustakaan tidak dapat ditinggalkan, sebab dengan bekerja sama dengan masyarakat, perpustakaan mampu berkembang lebih baik, oleh sebab itu sebaiknya ada hubunngan baik  antara keduanya.
  3. Berbagai kegiatan positif dapat dilakukan oleh instansi pendidikan dalam meningkatkan minat baca kepada masyarakat, yaitu antara lain dengan mengadakan pameran buku, bazaar buku murah, open house perpustakaan, lomba perpustakaan antar sekolah dll.
Daftar pustaka
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Internet/sumberheri abi – Hubungan Masyarakat dan Manfaatnya Bagi Perpustakaan.mht

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak kata mu Sobat Lintas,
salam ...