![]() |
sumber : voaindonesia.com |
#Fahrul Kaisuku
LINTAS INTERNASIONAL— “Banyak yang saya pelajari. Untuk pertama kalinya saya ke gereja, berbicara dan bertanya dengan pendeta. Dan saya juga melihat Taurat untuk pertama kalinya,” Tutur Halimah. Chris Solisa, pelajar SMA Negeri Unggulan Siwalima Ambon, satu dari tujuh peserta asal Indonesia, mengaku memetik pelajaran berharga.
LINTAS INTERNASIONAL— “Banyak yang saya pelajari. Untuk pertama kalinya saya ke gereja, berbicara dan bertanya dengan pendeta. Dan saya juga melihat Taurat untuk pertama kalinya,” Tutur Halimah. Chris Solisa, pelajar SMA Negeri Unggulan Siwalima Ambon, satu dari tujuh peserta asal Indonesia, mengaku memetik pelajaran berharga.
Seperti yang dikutip di voaindonesia.com, Imam Mohammad Bashar Arafat,
pencetus Konferensi BUBW, berupaya meluruskan persepsi-Presepsi Khlayak yang
keliru.
“Sayangnya kata
‘Allahu Akbar’ kini disalahgunakan untuk terorisme. Padahal kenyataannya, itu
adalah panggilan untuk sholat,” kata Bashar Arafat.
Selama lebih dari 20 tahun, laki-laki asal
Suriah ini telah berupaya meningkatkan pemahaman antara Muslim dan penganut
keyakinan lain di AS, lewat berbagai program lintas agama. Salah satunya lewat
konferensi BUBW, yang didukung Departemen Luar Negeri AS, sejak 2006.
“Program lintas agama
ini sangat penting karena banyak siswa yang belum pernah ke gereja, mesjid,
atau sinagoga, dan mungkin mereka hanya mendengar hal-hal negatif mengenai
agama lain. Penting bagi mereka untuk mendengar langsung dari pemuka agama, dan
tidak menghakimi hanya berdasarkan apa yang mereka dengar dari orang lain,”
tambah Arafat.
Di masjid IMAAM
Center, para siswa mendapat kesempatan untuk melihat langsung ibadah sholat
Jumat. Kemudian mereka mengikuti sesi tanya jawab, serta dialog lintas agama
yang dipandu Imam Arafat, dan Pastor William A. Au dari Gereja Shrine of the
Sacred Heart Baltimore.
Ini adalah pertama
kalinya IMAAM Center menjadi tuan rumah konferensi BUBW, sejak pusat ibadah itu
diresmikan enam bulan lalu, kata Presiden IMAAM Amang Sukasih. “Kita
melihat ini kesempatan baik bagi IMAAM sebagai sarana berdakwah, memperkenalkan
Islam yang damai, Islam di Indonesia yang moderat dan memperkenalkan Indonesia
sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Karena pesertanya
pelajar, ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengenal Islam di
Indonesia sejak dini,” tutur Amang.
Tidak hanya belajar
tentang agama Islam, para remaja ini juga belajar tentang agama Kristen dan
Yahudi dengan mengunjungi rumah-rumah ibadah mereka. Halimah Syarifi,
siswi asal Pakistan, mengaku terkesan ketika mengunjungi gereja untuk pertama
kalinya.
“Ternyata permasalahan yang terjadi di dunia
ini yang sepertinya menyangkut agama, sebenarnya bukan agama, tapi hanya
manusia-manusianya saja yang mengatasnamakan agama dan Tuhan, yang
menyalahgunakan itu untuk keperluan mereka sendiri,” kata Chris. Dalam
konferensi lima hari yang berakhir hari Minggu, para peserta juga belajar
tentang multikulturalisme dan kepemimpinan.
Hampir semua
pesertanya merupakan pelajar asing yang sedang mengikuti program pertukaran
pelajar selama setahun di AS, dengan dukungan Deplu AS. Imam Arafat
berharap mereka bisa menyerap hal-hal positif yang dipetik selama tinggal di
AS, dan menerapkannya di negara asal mereka.
sumber : voaindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak kata mu Sobat Lintas,
salam ...